PENGANTAR
PENDIDIKAN
Diajukan
untuk memenuhi tugas pengganti UAS Mata
Kuliah Pengantar Pendidikan
Oleh
Nunu Nurjaman
NIM 41032151111027
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM NUSANTARA
2011
Tinjauan umum berbagai landasan pendidikan
Landasan pendidikan
merupakan pegangan yang dijadikan dasar dalam penyelenggaraan pendidikan yang
patut kita ketahui,berikut ini tentang pendidikan.
Berfikir tentang
suatu pendidikan,tidak salahnya kita harus tahu tentang suatu
hakikat,tujuan,fungsi dan berbagai aliran dalam pendidikan.
Dalam suatu
pendidikan pasti adanya yang mendidik dan yang didik,baik dalam pelaksanaan ada
pendidikan formal dan nonformal.
BAB
1
Landasan pendidikan
1
Landasan Hukum
Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berbijak atau
titik tolak dalam kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini pendidikan. Dasar
yang dapat dijadikan landasan dan pegangan dalam pelaksananan pendidikan di
Indonesia dari tahun ke tahun adalah UUD 1945.
2
Landasan
Pilsafat
Dalam artian yang sangat luas, dapatlah dikatakan bahwa filsafat pendidikan ialah pemikiran-pemikiran filsafat
tentang pendidikan. Pengertian lain, filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran
dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya mengenai pendidikan.
Dewey (dalam M. Sobry Sutikno, 2006)
berpendapat bahwa tugas filsafat merupakan garis-garis arah bagi perbuatan.
Filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran metapisik yang sama sekali tidak
berpaedah. Filsafat harus berpijak pada pengalaman dan menyelidiki serta
mengolah pengalaman tersebut secara aktif dan kritis.
Adapun beberapa aliran filsafat
pendidikan yang perlu kita pahami, berikut ini:
1
Esensialis,
filsafat pendidikan esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah
terbukti beabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain
adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja. Pendidikan tekanan pembentukan
intelektual dan logika.
2
Paranialis,
kebetulan paranialis ada pada wahyu tuhan.
3
Progresivis,
menurut filsafat ini, tidak ada tujuan yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu
bersifat relative. Apa yang sekarang yang dipandang benar karna dituju dalam
kehidupan, tahun depan belum tentu tetap benar. Ukuran keberan ialah yang berguna
bagi kehidupan manusia pada hari ini.
4
Rekonstruksionis.
Filsafat pendidikan rekonstruksionis mrupakan variasi dari progresivis, yang
mengiginkan kondisi pada umumnya harus diperbaiki.
5
Eksistensialis,
eksistensialis berpendapat bahwa kebenaran adalah eksistensi atau adanya
individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan
dan kehidupan menjadi terarah karena adnya manusia. Manusia adalah bebas, akan
menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya itu sendiri.
3 Landasan Sejarah
Sidi gazalba menjelaskan bahwa sejarah adalah gambaran masalalu
tentang manusia dan sekitarnya sebagai mahluk sosial, yang disusun secara
ilmiah dan lengkap, meliputi uratan fakta massa tersebut dengan tafsiran dan
penjelasan yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang berlaku.
Proses pendidikan sebenarnya telah
berlangsung sepanjang sejarah manusia dan berkembang sejalan dengan
perkembangan sosial budaya manusia itu sendiri diatas permuakaan bumi. Tokoh-tokoh
pendidik Indonesia diantanya ialah Mohamad Safei sebagai pendiri sekolah INS
atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatra Barat. Ki Hajar Dewantara
sebagai pendiri taman siswa di Yogyakarta, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan yang
mendiriksn organisasi agama islam yaitu Muhamadiyah di Yogyakarta, yang
kemudian berkembang menjadi pendidikan agama islam.
4 Landasan
Sosial Budaya
Landasan Sosial mengacu kepada
hubungan antara individu, antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya
asapek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.sama halnya sosial, aspek budaya
inipun sangat berperan dalam proses pendidikan proses pendidikan proses sosial
dimulai dari interaksi dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial.
Pendidikan harus memperhatikan aspek komunikasi yang bersifat transaksional
(mulitiarah) yang memberikan porsi perhatian yang sama dan memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk memberikan kritik, saran
dan usul-usulan, serta pertanyaan-pertanyaan sebagi upaya pemberdayaan peserta
didik dan perlu menyesuaikan dengan konteks sosisl budaya yang ada sehingga
dapat menyerap nilai dari lingkup budayanya dengan akar budaya masyarakatnya.
5 Landasan
Psikologi
Landasan psikologi merupakan
dasar-dasar pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudut karakteristik dan perilaku
manusia, khhususnya manusia sebagai individu. Dasar-dasar pemahaman dan
pengakajian tersebut diambil dari suatu cabang ilmu yang disebut psikologi. Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan
mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa dapat dikatakan inti
dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu
sendiri.
6 Landasan
Ekonomi
Di era informasi ini, sebagian besar
manusianya cenderung meangutamakan kesejahteraan materi dibanding kesejahteraan
rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar. Sebagian
besar dari mereka ingin hidup enak dalam
arti jasmaniah.
Keenam aspek diatass perlu menjadi
landasan bagi kita dalam memahami serta mengembangkan dunia pendidikan.dengan
demikian kita bisa menemukan hakekat pendidikan bisa tercapai.
Sesuai ucapan Dr.Guninng yang dikutip
Langeveled (1955) yaitu ”praktek tanpa teori adalah orang idiot dan gila”.
BAB II
Hakekat Pendidikan
A. Hakekat Pendidikan
1 Marimba
Pendidikan
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiaan yang utama.
2 Bojonegoro
Pendidikan
adalah pemberian tuntunan kepada manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan
dirinya agar dapat memenuhi sendiri tugas hidupnya, secara singkat, pendidikan
adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai tercapainya
kedewasaan dalam arti jasmani atau rohani.
3 Driyakara
Pendidikan
adalah upaya memanusiakan manusia muda.
4 Crow
and Corw
Pendidikan
adalah proses yang berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk
kehidupan sosialnya,membantyu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial
dari generasi ke generasi.
5 John
Dewey (1978)
Pendidikan
adalah segala sesuatu yang bersamaan dengan pertumbuhan pendidikan sendiri
tidak piunya tujuan akhir di balik dirinya.
6 Ki
Hajar Dewantara
Pendidikan
berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi perti(kekutan batin)
pikiran,(intelek),dan jasmani anak.
7 Dalam
GBHN tahun 1973
Pendidikan
pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadiaan dan
kemampuan di dalam dan diluar sekolah yang berlangsung seumur
Hidup.
8 UU
RI No 2 Tahun 1918
Pendidikan
adalah usaha sadrar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan
,pengajaran,dan atau latihan bagi perannya masa dimssa yangakan datang.
B.Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan berhubbungan dengan erat dengan tujuan dan pandangan hidup si
pendidik.untuk mendidik diperlukan suatu syarat yang mutlak, syarat itu adalah
si pendidik harus telah memiliki (mempersatukan diri) dengan norma-norma
tertentu sehingga ia merupakan orang yang berkepribadian.
Tujuan
pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik
setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.seluruh kegiatan pendidikan, yaitu
pembibingan, pengajaran dan pelatihan diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Langeveld
(1978), menyebutkan lima tujuan pendidikan, yaitu :
B.1 Tujuan umum
Tujuan
umum pendidikan adalah membantu perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaan,orang tua wajib membantu anak untuk mencapai kedewasannya.tanpa
bantuan orang tua dan orang dewa pada umumnya,anak tidak akan bisa mencapai
kedewasaan secara utuh.
B.2 Tujuan tak sempurna
Tujuan
tak sempurna adalah tujuan yang berhungan dengan segi-segi kepribadian manusia
yang tertentu yang hendak dicapai dengan pendidikan itu, yaitu segi-segi yang
berhungan dengan nilai-nilai hidup tertentu, seperti keindahan, kesusilaan, keagamaan,
kemasyarakatan, dan keseksualan.tujuan tak sempurna ini bergantung dan tidak
dapat terlepas dari tujuan umum.
B.3 Tujuan sementara
Tujuan
sementara merupakan titik-titik perhatian sesuai taraf perkembangan anak yang
menuju kepada tujuan umum pendidikan.kita ketahui usia anak berbeda-beda
sehingga kemampuan yang kita harapkan dari masing-masing anak juga berbeda
sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing anak.
Contoh tujuan sementara, misalnya kita
melatih anak agar bisa berbicara sampai anak itu bisa berbicara.dan setelah
bisa berbicara dengan baik dan benar anak itu kita ajarkan untuk bertindak
sopan santun terhadap sesama manusia dan lingkungannya.
B.4 Tujuan perantara
Tujuan
ini erat kaitannya dengan tujuan sementara.misalnya, kita mengharapkan agar
anak atau peserta didik bisa menulis. Ini merupakan tujuan sementara. Adapun
teknik penguasaan teknik memegang pensil merupakan tujuan perantara.
B.5 Tujuan insidental
Tujuan
merupakan tujuan yang ingin dicapai untuk satu waktu saja,tetapi pada waktu
yang lain tidak dikehendaki lagi.
Contoh,
misal seorang ibu menyuruh atau memanggil anaknya untuk makan bersama si ibu
menuntut agar perinntahnya dipatuhi atau dituruti oleh anaknya. Dalam situasi
lain, si ibu tidak lagi mengulangi tuntutan kepatuha itu dan hanya bersikap
netral saja.
Contoh
tersebut merupakan tujuan insidentalnya (agar) agar anak-anak mematuhi ibunya
pada saat pertama saja tetap tidak pada saat berikutnya.
C. Fungsi pendidikan di Indonesia
Secara garis besar ,Noeng muhadjir
(2000) mengemukakan tiga fungsi pendidikan, yaitu
1. Menumbuhkan kretivitas subjek didik
2. Memperkaya khasanah budaya manusia dan
nilai-nilai insani atau nilai ilahi
3. Menyipakan tenaga kerja yang produktif
Di samping itu,fungsi pendidikan juga dapat
ditinjau dari dua segi, yaitu pendidikan mikro dan pendidikan makro.
Pendidikan
mikro ialah untuk mendewasakan manusia yang belum dewasa agar kepribadian dan
kemampuannya berkembang secara serasi, baik segi jasmani maupun rohani.baik
sebagai makhluk individu maupun makhluk sisial dan sebagi makhluk dunia maupun
akhirat.pendidikan mikro inni lebih menitik beratkan pada individu peserta
didik.
Sedangakan
fungsi pendidikan makro ialah harus dapat membentuk dan membina masyarakat luas
agar dapat hidup makmur, bahagia dan sejahtera serta aman dan damai.
Sebagai mana telah termaktub dalam pasal
3 Undang-Undang RI No.2 Tahun 1989, disebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewyjudkan tujuan
nasional.fungsi pendidikan tersebut merupakan sarana tercapainya pendidikan
umum.
D. Berbagai aliran dalam pendidikan
Ada
tiga aliran yang melandasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu :
D.1 Teori Natisme/Naturalisme
Tokoh
yang mempelopori teori natisme ini adalah Arthur Schopenhauer, yang berpendapat
bahwa faktor pembawaan yang telah dibawa sejak lahir tidak dapat diubah oleh
pengaruh lingkungan atau pendidikan. Jika sejak lahir manusia membawa potensi
baik maka perkembangan pribadinya akan baik, sebaliknya jika manusia membawa
potensi yang kurang baik maka nantinya perkembangan pribadinya tidak baik pula.
Jadi,
teori Nativisme ini berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak lahir sudah
mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya
masing-masing. Teori ini menekankan pada kodrat anak.asfek pengaruh lingkungan
dan peran pendidik diabaikan karena dianggap bersifat negative terhadap anak.
D.2 Teori Empirisme/pengalaman
Teori
empirisme ini dipelopori oleh John lock,
yang dikenal dengan sebutan teori tabularasa. Lock berpendapat bahwa pendidikan
adalah maha kuasa dan teori ini mengatakan bahwa anak yang baru lahir di
ibaratkan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulis. Anak dapat dibentuk
sekehendak pendidiknya.pendidikan dan lingkungan berkuasa dalam pembentukan
anak.
Ada
beberapa pendapat yang hamper sama dengan john lock yaitu teori Behaviorisme, yang
di kemukakan oleh paplov dan Watson mengatakan bahwa pendidikan adalah masalah
pembiasaan.
Jadi,
aliran behaviorisme senada dengan teori tabularasa,yaitu tidak mengakui adanya
pembawaan, keturunan, atau sifat turun-temurun.semua pendidikan menurut aliran
behavior merupakan pembentukan kebiasaan.
D.3 Teori konvergensi
Teori
ini dipelopori oleh Willion Stern yang menolak atau tidak setuju dengan teori
nativisme dan teori empirisme yang berat sebelah.menurut Stern, perkembangan
manusia adalah hasil perpaduan kerjasama antara faktor bakat dan faktor
lingkungan. Manusia memiliki potensi berkembang yang dibawa sejak lahir dan
lingkungan membantunya merangsang dari luar.
Jadi,
teori Konvegensi menyatakan bahwa perkembangan anak merupakan hasil proses kerjasama
antara faktor bakat atau bawaan dan faktor lingkungan termasuk pendidikan. Jika
faktor bakat atau bawaan dinilai baik, perkembangan anak mungkin rusak karena
faktor lingkungannya atau pendidikan yang tidak menunjang. Sebaliknya, jika faktor
bakat atau bawaan sudah tidak baik, namun lingkungan pendidikan menunjang, perkembangan
anak akan lebih baik.
Ki
Hajar Dewantoro mengatakan bahwa manusia dapat di ibaratkan kertas putih yang
sudah ada tulisannya namun masih remang-remang. Tugas pendidik adalah
menebalkan tulisan tersebut.
E. Prinsip-prinsip dasar pendidikan
Pendidikan
merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta
didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, sehingga
akan menimbulkan perubahan dalam dirinya. Pendidikan merupakan faktor prioritas
yang perlu dibangun dan ditingkatkan mutunya. Agar sesuai harapan maka prinsip-prinsip harus
di perhatikan, yaitu prinsip kontinyu, prinsip efektif, prinsip efisien dan
prinsip fleksibel.
E.1 Prinsip Relevansi
Relevansi
pendidikan merupakan kesesuaian pendidikan dengan tuntutan masyarakat dalam
kehidupan. Hasil pendidikan tersebut di nilai relevan jika berguna bagi
kehidupan, baik dilingkungan peserta didik, perkembangan kehidupan saat ini dan
masa yang akan datang, serta relevan dengan tuntutan dunia kerja.
Peningkatan
relevansi pendidikan dapat dilakukan melalu berbagai aspek seperti melakukan
penataan manajemen pendidikan.
E.2 Prinsip Efektif
Efektif
adalah ketercapaian tujuan, dengan kata lain, efektif ialah segala apa yang telah
direncanakan sebelumnya bisa dicapai.
E.3 Prinsip Efisien
Prinsif
Efisien adalah keadan yang menunjukann perbandingan antara hasil yang diperoleh
dengan usaha dan biaya yang dikeluarkan. Semakin kecil usaha dan biaya yang
dikeluarkan, semakin Efisien. Efisien meliputi: waktu, tenaga, dan peralatan.
E.4 Prinsif Kontinyu
Kontinyu
dapat diartikan sebagi kesinambungan yang terus menerus. Kontinyu dalam hal ini
ialah adanya saling hubungan antara berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
E.5 Prinsip Fleksibel
Pendidikan
harus fleksibel tidak kaku. Yang dimaksud dengan pendidikan fleksibel adalah
adanya suatu ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak baik
oleh pendidik maupun peserta didik.
Untuk
menjadikan manusia berkualitas, maka dibutuhkan pendidikan yang berkualitas
pula. Pendidikan berkualitas yang kita harapkan sebaiknya lebih fleksibel,
terbuka, beragam dan dapat diikuti oleh siapa saja yang membutuhkan tanpa
memperhitungkan usia, jenis kelamin, pengalaman pendidikan sebelumnya dan
sebagainya.
KESIMPULAN
Dengan terbukanya lembaran baru dalam dunia
pendidikan dewasa ini, yaitu dengan diberinya otonomi pendidikan bagi
masing-masing daerah untuk memajukan
pendidikan yang ada di daerahnya masing-masing maka menuntut kita semua
untuk dapat memikirkan sekaligus berusaha bagaimana upaya yang terbaik untuk
memajukan pendidikan kita saat ini guna untuk mencapai tujuan sebagaimana yang
tertera dalam undang-undang 1945 alinea ke-4. Di era otonomi ini sangat
dibutuhkan seseorang pendidik yang professional.
Untuk menjadi seorang pendidik yang professional,
seorang pendidik diharapkan mampu memahami berbagai hal yang berhubungan dengan
dunia pendidikan dan hal-hal yang terkait dengan proses pembelajaran.
Daftar pustaka
BPPN dan bank dunia.1999. School
Based Manajmen. Jakarta: BPPN dan Bank Dunia.
Bridge, R.G, C.M. dan Mock P.R 1979. The
determinants of educational outcome: The impact of families,peers, teacher, and schools. Cambrige. MA:Ballinger Publishing
Company.
Depdiknas. 2002.
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Sutikno . M Sobari 2008.Landasan
Pendidikan. Jakarta: Prospect.
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah AWT, yang mana berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Landasan Kependidikan” ini dalam
memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar pendidikan.
Rahmat
dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang
mana Beliau sebagai sauri tauladan kita, semoga kita menjadi umatnya yang
beriman.
Kami
disini mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen mata kuliah yang senan tiasa
membingbing kami dalam setiap perkuliahan.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan oleh kekhilapan dan
ketidaktahuan kami. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan sarannya untuk perbaikan dimasa
yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua sebagai penerus di masa datang. Amin...
|
Bandung, Februari 2012
Penyusun
|